Menurut Taswan, pemilihan Kepala Desa bukan sebuah tujuan akhir, tetapi hanya sebagai wadah demokrasi untuk mencari figur pemimpin, perbedaan pilihan dan pendapat hendaknya dijadikan sebuah momentum bersatunya kembali warga Desa Cidadap, tidak terlarut dan terjebak pada situasi politik yang berkepanjangan, sehingga akan dapat merugikan warga itu sendiri.
"Pesat Demokrasi ajang pemilihan Kepala Desa hanya merupakan wahana mencari pemimpin, bukan untuk berbeda pendapat, apalagi sampai larut dan terjebak pada situasi yang panjang, warga akan rugi sendiri, lebih baik kita bersama-sama bersatu kembali, bahu membahu membangun Desa Cidadap, kearah yang lebih maju dan baik lagi," ujarnya.
Taswan juga mengatakan, bahwa dirinya sudah tidak lagi mempersoalkan masalah dukung-mendukung, sebagai pemimpin menurutnya sudah menjadi milik masyarakat bukan lagi milik golongan tertentu, warga diharapkan kembali beraktivitas seperti sediakala, menggarap sawah, ladang, kebun, ternak atau empang, demi kesejahteraan warga itu sendiri.
"Apalagi saat ini sudah musim penghujan, air berlimpah, sawah dan empang tidak akan kekurangan air, tanah tegal menggembur, jadi lebih baik lakukanlah kegiatan dan kebiasaan sehari-hari, yang lebih bermanfaat, Saya dulu pengembang biak supa , kegiatan ini tidak akan saya tinggalkan, walaupun sudah menjabat secara resmi sebagai Kepala Desa nanti," tambahnya.
Menurut Taswan, pembangunan di Desa bukan hanya pada segi fisik dan infrastruktur Desa saja, tetapi peningkatan taraf hidup dan berkembangnya perekonomian warga Desa menjadi salah satu indikator Desa yang maju dan mandiri, dengan meningkatnya taraf hidup tadi, maka pembangunan mental spiritual warga dengan sendirinya meningkat pula. "Dengan bersatunya kembali seluruh komponen masyarakat, dengan sendirinya roda ekonomi akan terbangun, sehingga taraf hidup dan daya beli warga akan lebih baik lagi," ujarnya (Sumber http://www.radar-karawang.com/2012/12/pertahankan-parsatuan-dan-kesatuan.html?m=1)
